![](https://static.wixstatic.com/media/813829_b35f560bdd3a4839a43ebef95d4e1522~mv2.jpg/v1/fill/w_980,h_653,al_c,q_85,usm_0.66_1.00_0.01,enc_auto/813829_b35f560bdd3a4839a43ebef95d4e1522~mv2.jpg)
Setiap orangtua pasti mengharapkan seorang anak yang tumbuh dan berkembang normal. Hanya saja ada anak-anak yang mengalami petumbuhan yang berbeda dengan anak pada umumnya, karena memiliki keterbatasan atau hambatan. Kondisi itu biasa kita sebut dengan Anak Berkebutuhan Khusus (ABK). Salah satu diagnosa anak istimewa yang terlahir dengan kebutuhan khusus adalah disaudia. Menurut L. Nicolosi Disaudia dapat diartikan sebagai gangguan artikulasi yang berhubungan dengan kesulitan fungsi feedback auditory dapat diakibatkan karena kehilangan pendengaran.” (L. Nicolosi. 2004. 107)
Berikut ini daftar faktor yang dapat menempatkan anak – anak pada resiko gangguan pendengaran, baik bawaan atau diperoleh :
Keluarga yang memiliki riwayat gangguan pendengaran.
Gangguan genetik atau sindrom.
Masalah saat kehamilan.
Obat – obatan atau alkohol digunakan selama kehamilan.
Infeksi ibu selama kehamilan seperti rubella, penyakit menular seksual, cytomegalovirus dan banyak lainnya.
Karakteristik yang dapat ditemui pada anak yang mengalami gangguan pendengaran atau disaudia adalah sebagai berikut :
Vocabulary, Beberapa anak tuna rungu cenderung memiliki keterbatasan kosakata dalam kemampuan reseptif dan ekspresifnya, kesulitan dengan kata yang memiliki beberapa makna dan kesulitan dengan bahasa kiasan. Namun, berdasarkan hasil penelitian menunjukkan banyak anak dengan kelompok tuli ringan hingga sedang yang memiliki kemampuan seperti anak normal.
Grammer (Syntax), Beberapa anak tuna rungu cenderung menggunakan kalimat lebih pendek dan sederhana, pola kalimat yang sering digunakan berpola (subjek-kata kerja-objek) walaupun tidak sesuai serta jarang menggunakan kata keterangan dan kata sambung / penghubung.
Conversational Skills (Pragmatics), Beberapa anak tuna rungu menunjukkan kurangnya pengetahuan berkaitan dengan aturan percakapan (misalnya, bagaimana mengubah topik atau mengakhiri percakapan). Selain itu, mereka memiliki keterbatasan menggunakan strategi berkomunikasi sehingga mereka sulit untuk memahami pembicaraan lawan bicara.
Speech Production, Anak-anak dengan tingkat gangguan pendengaran ringan dan sedang cenderung memiliki kesalahan yang lebih sedikit dan berbicara lebih dimengerti daripada anak dengan gangguan pendengaran lebih parah dengan sebagian besar kesalahan dalam produksi konsonan frekuensi tinggi (misalnya, s, sh, ch) dan cluster. Beberapa anak dengan tingkat gangguan pendengaran yang lebih berat secara historis memperlihatakan kejelasan bicara yang buruk, kualitas suara yang tidak menyenangkan dan kesulitan memproduksi konsonan dan vocal secara benar.
Melihat kondisi diatas, sangat disarankan bagi orangtua untuk memberikan fasilitas guna membantu pekembangan bahasa dan bicara anak berupa alat bantu dengar (ABD) dan segera konsultasikan ke dokter. Selain harus berkonsultasi ke dokter atau profesi yang ahli dibidangnya, orangtua juga harus memberikan penanganan-penanganan yang tepat dirumah. Berikut adalah beberapa cara yang dapat dilakukan oleh orang tua untuk mendidik atau membina anak dengan gangguan pendengaran (disaudia).
1. Memberikan Perhatian
Cara ini merupakan dasar dari mendidik seorang anak. Memberikan perhatian dapat diwujudkan dengan perilaku menghargai setiap usaha atau respon yang anak berikan. Dan memberikan pemahaman yang mudah dimengerti saat anak melakukan aktivitas yang tidak sewajrnya.
2. Melatih Kemampuan Berkomunikasi
Anak dengan disaudia (gangguan pendengaran), dapat membuat mereka mengalami keterlambatan atau keterbatasan komunikasi secara verbal. Sehingga orang tua harus memberikan latihan yang lebih, dari segi bahasa maupun bicara anak. Instruksikan anak untuk memperhatikan gerak bibir dari lawan bicara, lalu minta untuk mengulangi ucapan terebut. Latihan ini bisa dilakukan sesering mungkin dengan berbagai macam kategori agar perbendaharaan kata yang anak miliki semakin beragam. Saat berkomunikasi, memperhatikan gerak bibir juga dapat membantu anak untuk memahami setiap ucapan lawan bicara.
3. Berikan Motivasi
Pemberian motivasi ini bisa berupa reward untuk setiap hal yang mereka lakukan. Reward tidak harus dengan hadiah yang besar, cukup dengan memberikan tepuk tangan, stiker atau cap bintang, bisa juga dengan cara mengacungkan jempol.
Comments