![](https://static.wixstatic.com/media/813829_0069f8f65bd4454d84f21d8719032b34~mv2.png/v1/fill/w_400,h_300,al_c,q_85,enc_auto/813829_0069f8f65bd4454d84f21d8719032b34~mv2.png)
Apa Itu ADHD?
Attention Deficit Hyperactivity Disorder atau ADHD adalah gangguan mental yang terjadi pada anak-anak. Biasanya, gejala ADHD adalah sulit fokus atau memusatkan perhatian, impulsif, serta hiperaktif.
Apa Penyebab ADHD pada Anak?
Hingga saat ini belum dapat diketahui secara pasti penyebab ADHD pada anak. Namun, faktor genetik diketahui berperan penting memicu terjadinya gangguan mental ini.
Selain genetik, ilmuwan juga mempelajari kemungkinan penyebab dan faktor risiko yang lain, seperti:
· Bayi lahir prematur (sebelum usia kehamilan 37 minggu).
· Berat badan bayi lahir rendah.
· Konsumsi alkohol dan rokok selama kehamilan.
Selain itu, sejumlah penelitian baru-baru ini, seperti di Denmark, Sydney, dan New York City, melaporkan bahwa paparan polusi timbal dan logam berat di udara selama awal kehidupan anak berhubungan dengan peningkatan risiko ADHD yang lebih tinggi.
Apa Gejala ADHD pada Anak?
Salah satu tanda utama ADHD yang umum dikenali adalah soal masalah fokus. Akan tetapi, tidak semua anak yang terlihat tidak bisa fokus pasti memiliki gangguan ADHD.
Sebab pada umumnya, anak-anak di usia ini mereka masih memiliki energi yang besar sehingga lebih suka bergerak aktif untuk bermain dan mengeksplorasi lingkungan sekitar.
"Lalu seperti apa gejala yang umumnya dimiliki anak ADHD? Kapan kita harus waspada?"
Kita perlu waspada ketika seiring bertambahnya usia kemampuan fokus, mendengar, dan menunggu anak memburuk sehingga menimbulkan berbagai masalah, baik bagi dirinya sendiri maupun orang-orang di sekitarnya.
Adapun tiga gejala ADHD pada anak yang umum dialami dan perlu kita waspadai adalah:
· Kurang perhatian (tidak bisa tetap fokus).
· Hiperaktif (terlalu banyak pergerakan hingga tidak bisa diam).
· Impulsivitas (tindakan tergesa-gesa yang terjadi tanpa dipikirkan).
Tipe ADHD yang Umum pada Anak
Menurut American Psychiatric Association's Diagnostic and Statistical Manual edisi V (DSM-5), ADHD dibedakan menjadi 3 tipe, yaitu:
1. Dominan Inatensi
Jenis ADHD yang gejalanya dominan masalah atensi disebut juga sebagai Predominantly Inattentive Presentation. Umumnya, anak ADHD tipe ini akan menunjukkan gejala:
· Tidak memperhatikan hal detail atau membuat kesalahan ceroboh pada tugas sekolah atau pekerjaan.
· Bermasalah dalam fokus terhadap tugas atau aktivitas tertentu, seperti dalam kelas, percakapan, atau bacaan panjang.
· Sering tidak terlihat mendengarkan lawan bicara.
· Sering tidak mengikuti arahan dan tidak menyelesaikan tugas sekolah.
· Punya masalah dalam mengatur jadwal kegiatan.
· Sering menghindari atau tidak menyukai tugas yang memerlukan usaha mental cukup lama (misalkan mengerjakan pekerjaan rumah).
· Sering kehilangan barang-barang yang penting untuk menjalankan tugas.
· Mudah terpecah konsentrasi.
· Pelupa dalam menjalankan kegiatan sehari-hari.
2. Dominan Hiperaktif/Impulsif
ADHD tipe ini juga disebut dengan nama Predominantly Hyperactive-Impulsive Presentation. Anak dikatakan mengalami ADHD tipe ini setidaknya harus mengalami gejala yang sama selama 6 bulan. Sementara itu, khusus bagi remaja yang berusia 16 tahun harus memenuhi setidaknya 6 gejala selama 6 bulan. Kemudian, untuk remaja di atas usia 17 tahun harus setidaknya memenuhi 5 gejala selama 6 bulan. Anak dengan kondisi ini biasanya merasakan gejala seperti:
· Sering merasa gelisah bila duduk dengan membuat gerakan-gerakan kecil atau menepuk-nepukkan tangan dan kaki.
· Tidak bisa duduk diam.
· Lari atau memanjat di tempat yang tidak seharusnya.
· Tidak bisa bermain atau melakukan hobi di waktu luang dengan tenang.
· Sering banyak gerak seperti dikendalikan dinamo.
· Terlalu banyak bicara.
· Sering menjawab sebelum selesai diberikan pertanyaan.
· Sering bermasalah dalam menunggu giliran.
· Sering menginterupsi orang lain.
3. Tipe Campuran
Pada ADHD tipe Campuran atau Combined Presentation ADHD, gejala yang timbul merupakan campuran dari ADHD tipe Predominantly Inattentive Presentation dan Predominantly Hyperactive-Impulsive Presentation. Gejala dari kedua jenis ADHD tersebut umumnya muncul secara seimbang. Selain menilai dari gejala yang muncul, kita juga harus memperhatikan hal berikut:
· Gejala harus sudah ada sebelum anak berusia dua belas tahun.
· Muncul dalam dua atau lebih situasi (misalkan rumah, sekolah, tempat kerja, pergaulan).
· Terdapat bukti yang jelas bahwa gejala tadi mempengaruhi fungsi hidup sehari-hari.
Perawatan ADHD pada Anak
Sampai saat ini, penyakit ADHD adalah gangguan mental yang belum bisa disembuhkan secara total. Akan tetapi, ada beberapa penanganan yang bisa kita lakukan untuk membantu pengidap ADHD agar bisa menyesuaikan kondisinya dengan rutinitas sehari-hari. Berikut adalah penanganan atau perawatan ADHD pada anak selengkapnya:
1. Terapi Sensory dan Perilaku
Menurut American Academy of Pediatrics, terapi sensory dan perilaku menjadi salah satu penanganan ADHD pada anak yang lebih sesuai bagi anak-anak berusia di bawah 6 tahun.
Terapis, orang tua, anak, dan guru akan bekerja sama dalam memantau serta memperbaiki kebiasaan anak. Hasilnya, anak mampu menghadapi berbagai situasi dengan respons yang tepat. Selain kedua terapi tersebut, anak juga dapat menjalani terapi grup, konseling, maupun latihan bersosialisasi.
2. Obat-Obatan
Penggunaan obat-obatan bisa meningkatkan perilaku pada anak dengan ADHD. Meski demikian, ada banyak hal yang perlu kita pertimbangkan sebelum memberikan banyak obat kepada si anak. Penting untuk berkonsultasi dengan dokter untuk menentukan jenis obat yang anak butuhkan. Pada beberapa kasus, obat-obatan mungkin juga diperlukan dan bisa dilanjutkan hingga anak dewasa. Pemilihan obat dilakukan dengan hati-hati sambil memperhatikan gejala yang menonjol pada si Kecil serta efek samping dari masing-masing obat.
Artikel ditulis oleh Annisa Putri Delina, Amd.Kes
Comments